Friday, May 27, 2011

Keutamaan Cinta Kepada Allah

Bismillahirrahmanirrahim...




Keutamaan Cinta Kepada Allah

“ Daripada Abu Muslim al-Khaulani daripada Mu’az bin Jabal r.a., ia berkata : “ Aku mendengar Rasulullah s.a.w, menceritakan daripada Tuhannya dengan sabdanya: “ Orang yang bercinta kerana Allah berada di atas mimbar daripada cahaya dalam naungan Arasy pada hari yang tiada naungan kecuali naungannya.”

Abu Muslim menyambung : “ Kemudian aku keluar hingga bertemu Ubadah bin al-Samit, lalu aku menyebutnya kepadanya hadis Mu’az bin Jabal, maka ia menyatakan :

“ Aku mendengar Rasulullah s.a.w. menceritakan daripada Tuhannya yang berfirman :
“ Cinta-Ku berhak untuk orang yang bercinta kerana-Ku, cinta-Ku berhak untuk orang yang saling tolong-menolong kerana-Ku dan cinta-Ku berhak untuk orang yang saling berkunjung kerana-Ku.” Orang yang bercinta kerana Allah S.W.T berada di atas mimbar daripada cahaya dalam naungan Arasy pada hari yang tiada naungan kecuali naungannya.”

( Riwayat Ahmad )




PERKAHWINAN ADALAH FITRAH KEMANUSIAAN


Agama Islam adalah agama fithrah, dan manusia diciptakan Allah Ta'ala cocok dengan fitrah ini, karena itu Allah Subhanahu wa Ta'ala menyuruh manusia menghadapkan diri ke agama fithrah agar tidak terjadi penyelewengan dan penyimpangan. Sehingga manusia berjalan di atas fithrahnya.
Perkawinan adalah fitrah kemanusiaan, maka dari itu Islam menganjurkan untuk nikah, karena nikah merupakan gharizah insaniyah (naluri kemanusiaan). Bila gharizah ini tidak dipenuhi dengan jalan yang sah yaitu perkawinan, maka ia akan mencari jalan-jalan syetan yang banyak menjerumuskan ke lembah hitam.
Firman Allah Ta'ala.

"Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". (Ar-Ruum : 30).

A. Islam Menganjurkan Nikah
Islam telah menjadikan ikatan perkawinan yang sah berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai satu-satunya sarana untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang sangat asasi, dan sarana untuk membina keluarga yang Islami. Penghargaan Islam terhadap ikatan perkawinan besar sekali, sampai-sampai ikatan itu ditetapkan sebanding dengan separuh agama. Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata : "Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Artinya : Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi". (Hadist Riwayat Thabrani dan Hakim).

B. Islam Tidak Menyukai Membujang
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untuk menikah dan melarang keras kepada orang yang tidak mau menikah. Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata : "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk nikah dan melarang kami membujang dengan larangan yang keras". Dan beliau bersabda :
"Artinya : Nikahilah perempuan yang banyak anak dan penyayang. Karena aku akan berbangga dengan banyaknya umatku dihadapan para Nabi kelak di hari kiamat". (Hadits Riwayat Ahmad dan di shahihkan oleh Ibnu Hibban).
Pernah suatu ketika tiga orang shahabat datang bertanya kepada istri-istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang peribadatan beliau, kemudian setelah diterangkan, masing-masing ingin meningkatkan peribadatan mereka. Salah seorang berkata: Adapun saya, akan puasa sepanjang masa tanpa putus. Dan yang lain berkata: Adapun saya akan menjauhi wanita, saya tidak akan kawin selamanya .... Ketika hal itu didengar oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau keluar seraya bersabda :
"Artinya : Benarkah kalian telah berkata begini dan begitu, sungguh demi Allah, sesungguhnya akulah yang paling takut dan taqwa di antara kalian. Akan tetapi aku berpuasa dan aku berbuka, aku shalat dan aku juga tidur dan aku juga mengawini perempuan. Maka barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku". (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).
Orang yang mempunyai akal dan bashirah tidak akan mau menjerumuskan dirinya ke jalan kesesatan dengan hidup membujang. Kata Syaikh Hussain Muhammad Yusuf : "Hidup membujang adalah suatu kehidupan yang kering dan gersang, hidup yang tidak mempunyai makna dan tujuan. Suatu kehidupan yang hampa dari berbagai keutamaan insani yang pada umumnya ditegakkan atas dasar egoisme dan mementingkan diri sendiri serta ingin terlepas dari semua tanggung jawab".
Orang yang membujang pada umumnya hanya hidup untuk dirinya sendiri. Mereka membujang bersama hawa nafsu yang selalu bergelora, hingga kemurnian semangat dan rohaninya menjadi keruh. Mereka selalu ada dalam pergolakan melawan fitrahnya, kendatipun ketaqwaan mereka dapat diandalkan, namun pergolakan yang terjadi secara terus menerus lama kelamaan akan melemahkan iman dan ketahanan jiwa serta mengganggu kesehatan dan akan membawanya ke lembah kenistaan.
Jadi orang yang enggan menikah baik itu laki-laki atau perempuan, maka mereka itu sebenarnya tergolong orang yang paling sengsara dalam hidup ini. Mereka itu adalah orang yang paling tidak menikmati kebahagiaan hidup, baik kesenangan bersifat sensual maupun spiritual. Mungkin mereka kaya, namun mereka miskin dari karunia Allah.
Islam menolak sistem ke-rahib-an karena sistem tersebut bertentangan dengan fitrah kemanusiaan, dan bahkan sikap itu berarti melawan sunnah dan kodrat Allah Ta'ala yang telah ditetapkan bagi makhluknya. Sikap enggan membina rumah tangga karena takut miskin adalah sikap orang jahil (bodoh), karena semua rezeki sudah diatur oleh Allah sejak manusia berada di alam rahim, dan manusia tidak bisa menteorikan rezeki yang dikaruniakan Allah, misalnya ia berkata : "Bila saya hidup sendiri gaji saya cukup, tapi bila punya istri tidak cukup ?!".
Perkataan ini adalah perkataan yang batil, karena bertentangan dengan ayat-ayat Allah dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah memerintahkan untuk kawin, dan seandainya mereka fakir pasti Allah akan membantu dengan memberi rezeki kepadanya. Allah menjanjikan suatu pertolongan kepada orang yang nikah, dalam firman-Nya:
"Artinya : Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui".
(An-Nur : 32).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menguatkan janji Allah itu dengan sabdanya :
"Artinya : Ada tiga golongan manusia yang berhak Allah tolong mereka, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka, dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya". (Hadits Riwayat Ahmad 2 : 251, Nasa'i, Tirmidzi, Ibnu Majah hadits No. 2518, dan Hakim 2 : 160 dari shahabat Abu Hurairah radliyallahu 'anhu).
Para Salafus-Shalih sangat menganjurkan untuk nikah dan mereka anti membujang, serta tidak suka berlama-lama hidup sendiri.
Ibnu Mas'ud radliyallahu 'anhu pernah berkata : "Jika umurku tinggal sepuluh hari lagi, sungguh aku lebih suka menikah daripada aku harus menemui Allah sebagai seorang bujangan". (Ihya Ulumuddin dan Tuhfatul 'Arus hal. 20).



TUJUAN PERKAWINAN DALAM ISLAM
1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia Yang Asasi
Di tulisan terdahulu [bagian kedua] kami sebutkan bahwa perkawinan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan ini yaitu dengan aqad nikah (melalui jenjang perkawinan), bukan dengan cara yang amat kotor menjijikan seperti cara-cara orang sekarang ini dengan berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang telah menyimpang dan diharamkan oleh Islam.
2. Untuk Membentengi Ahlak Yang Luhur
Sasaran utama dari disyari'atkannya perkawinan dalam Islam di antaranya ialah untuk membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji, yang telah menurunkan dan meninabobokan martabat manusia yang luhur. Islam memandang perkawinan dan pembentukan keluarga sebagai sarana efefktif untuk memelihara pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan melindungi masyarakat dari kekacauan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Wahai para pemuda ! Barangsiapa diantara kalian berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih menundukan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa (shaum), karena shaum itu dapat membentengi dirinya". (Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa'i, Darimi, Ibnu Jarud dan Baihaqi).

3. Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami
Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa Islam membenarkan adanya Thalaq (perceraian), jika suami istri sudah tidak sanggup lagi menegakkan batas-batas Allah, sebagaimana firman Allah dalam ayat berikut :
"Artinya : Thalaq (yang dapat dirujuki) dua kali, setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali dari sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang dhalim". (Al-Baqarah : 229).
Yakni keduanya sudah tidak sanggup melaksanakan syari'at Allah. Dan dibenarkan rujuk (kembali nikah lagi) bila keduanya sanggup menegakkan batas-batas Allah. Sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al-Baqarah lanjutan ayat di atas :
"Artinya : Kemudian jika si suami menthalaqnya (sesudah thalaq yang kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga dikawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami yang pertama dan istri) untuk kawin kembali, jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkannya kepada kaum yang (mau) mengetahui ". (Al-Baqarah : 230).
Jadi tujuan yang luhur dari pernikahan adalah agar suami istri melaksanakan syari'at Islam dalam rumah tangganya. Hukum ditegakkannya rumah tangga berdasarkan syari'at Islam adalah WAJIB. Oleh karena itu setiap muslim dan muslimah yang ingin membina rumah tangga yang Islami, maka ajaran Islam telah memberikan beberapa kriteria tentang calon pasangan yang ideal :

a. Harus Kafa'ah
b. Shalihah

a. Kafa'ah Menurut Konsep Islam
Pengaruh materialisme telah banyak menimpa orang tua. Tidak sedikit zaman sekarang ini orang tua yang memiliki pemikiran, bahwa di dalam mencari calon jodoh putra-putrinya, selalu mempertimbangkan keseimbangan kedudukan, status sosial dan keturunan saja. Sementara pertimbangan agama kurang mendapat perhatian. Masalah Kufu' (sederajat, sepadan) hanya diukur lewat materi saja.

Menurut Islam, Kafa'ah atau kesamaan, kesepadanan atau sederajat dalam perkawinan, dipandang sangat penting karena dengan adanya kesamaan antara kedua suami istri itu, maka usaha untuk mendirikan dan membina rumah tangga yang Islami inysa Allah akan terwujud. Tetapi kafa'ah menurut Islam hanya diukur dengan kualitas iman dan taqwa serta ahlaq seseorang, bukan status sosial, keturunan dan lain-lainnya. Allah memandang sama derajat seseorang baik itu orang Arab maupun non Arab, miskin atau kaya. Tidak ada perbedaan dari keduanya melainkan derajat taqwanya (Al-Hujuraat : 13).
"Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang-orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal". (Al-Hujuraat : 13).
Dan mereka tetap sekufu' dan tidak ada halangan bagi mereka untuk menikah satu sama lainnya. Wajib bagi para orang tua, pemuda dan pemudi yang masih berfaham materialis dan mempertahankan adat istiadat wajib mereka meninggalkannya dan kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah Nabi yang Shahih. Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Artinya : Wanita dikawini karena empat hal : Karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih karena agamanya (ke-Islamannya), sebab kalau tidak demikian, niscaya kamu akan celaka". (Hadits Shahi Riwayat Bukhari 6:123, Muslim 4:175).

b. Memilih Yang Shalihah
Orang yang mau nikah harus memilih wanita yang shalihah dan wanita harus memilih laki-laki yang shalih.
Menurut Al-Qur'an wanita yang shalihah ialah :
"Artinya : Wanita yang shalihah ialah yang ta'at kepada Allah lagi memelihara diri bila suami tidak ada, sebagaimana Allah telah memelihara (mereka)". (An-Nisaa : 34).
Menurut Al-Qur'an dan Al-Hadits yang Shahih di antara ciri-ciri wanita yang shalihah ialah :
"Ta'at kepada Allah, Ta'at kepada Rasul, Memakai jilbab yang menutup seluruh auratnya dan tidak untuk pamer kecantikan (tabarruj) seperti wanita jahiliyah (Al-Ahzab : 32), Tidak berdua-duaan dengan laki-laki yang bukan mahram, Ta'at kepada kedua Orang Tua dalam kebaikan, Ta'at kepada suami dan baik kepada tetangganya dan lain sebagainya".
Bila kriteria ini dipenuhi Insya Allah rumah tangga yang Islami akan terwujud. Sebagai tambahan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menganjurkan untuk memilih wanita yang peranak dan penyayang agar dapat melahirkan generasi penerus umat.
4. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah
Menurut konsep Islam, hidup sepenuhnya untuk beribadah kepada Allah dan berbuat baik kepada sesama manusia. Dari sudut pandang ini, rumah tangga adalah salah satu lahan subur bagi peribadatan dan amal shalih di samping ibadat dan amal-amal shalih yang lain, sampai-sampai menyetubuhi istri-pun termasuk ibadah (sedekah).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Jika kalian bersetubuh dengan istri-istri kalian termasuk sedekah !. Mendengar sabda Rasulullah para shahabat keheranan dan bertanya : "Wahai Rasulullah, seorang suami yang memuaskan nafsu birahinya terhadap istrinya akan mendapat pahala ?" Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab : "Bagaimana menurut kalian jika mereka (para suami) bersetubuh dengan selain istrinya, bukankah mereka berdosa .? Jawab para shahabat :"Ya, benar". Beliau bersabda lagi : "Begitu pula kalau mereka bersetubuh dengan istrinya (di tempat yang halal), mereka akan memperoleh pahala !". (Hadits Shahih Riwayat Muslim 3:82, Ahmad 5:1167-168 dan Nasa'i dengan sanad yang Shahih).

5. Untuk Mencari Keturunan Yang Shalih
Tujuan perkawinan di antaranya ialah untuk melestarikan dan mengembangkan bani Adam, Allah berfirman :
"Artinya : Allah telah menjadikan dari diri-diri kamu itu pasangan suami istri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?". (An-Nahl : 72).
Dan yang terpenting lagi dalam perkawinan bukan hanya sekedar memperoleh anak, tetapi berusaha mencari dan membentuk generasi yang berkualitas, yaitu mencari anak yang shalih dan bertaqwa kepada Allah.
Tentunya keturunan yang shalih tidak akan diperoleh melainkan dengan pendidikan Islam yang benar. Kita sebutkan demikian karena banyak "Lembaga Pendidikan Islam", tetapi isi dan caranya tidak Islami. Sehingga banyak kita lihat anak-anak kaum muslimin tidak memiliki ahlaq Islami, diakibatkan karena pendidikan yang salah. Oleh karena itu suami istri bertanggung jawab mendidik, mengajar, dan mengarahkan anak-anaknya ke jalan yang benar.
Tentang tujuan perkawinan dalam Islam, Islam juga memandang bahwa pembentukan keluarga itu sebagai salah satu jalan untuk merealisasikan tujuan-tujuan yang lebih besar yang meliputi berbagai aspek kemasyarakatan berdasarkan Islam yang akan mempunyai pengaruh besar dan mendasar terhadap kaum muslimin dan eksistensi umat Islam.
SUMBER : Ebook ini Disalin dari kitab Al-Wasailu Al-Mufidah Lil Hayatis Sa'idah, edisi Indonesia Dua Puluh Tiga Kiat Hidup Bahagia, Penulis Asy-Syaikh Abdur Rahman bin Nashir As-Sa'di, dinukil dari web http://almanhaj.or.d






Cara dan tata tertib Akad Nikah Menurut Hadis dan Sunnah Rasulullah S.A.W

Islam sebenarnya sangat mudah dan ringkas. Tiada perincian mengenai cara-cara akad nikah. Apa yang paling utama adalah dengan memastikan semua rukun-rukun nikah telah dipatuhi. Bagi mazhab Syafi’I, rukun nikah terdiri daripada empat perkara iaitu sighah (ijab atau tawaran dan Kabul atau penerimaan ), bakal isteri , bakal suami dan wali. Cuma para ulama ada memberi beberapa penambahan amalan-amalan sunat yang elok dilakukan oleh pengantin baru berdasarkan kepada kutipan hadis-hadis Nabi s.a.w.

Sebagai contoh dalam kitab Adab al-Zafaf karangan Syeikh Nasiruddin al-Albani, ada menyebutkan beberapa perkara sunah yang sering dilakukan oleh para salaf selepas akad nikah iaitu :

  1. Meletakkan tangan ke atas ubun-ubun kepala isteri lalu berdoa :
Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kebaikannya, dan kebaikan segala yang Engkau ciptakan pada dirinya. Dan aku berlindung kepada-Mu daripada keburukannya dan keburukan  segala apa yang Engkau ciptakan pada dirinya.“ ( Riwayat Abu Daud no 2160 ) ( Adab al-Zafaf, hlm. 92 )

  1. Melakukan solat sunat dua rakaat berjemaah , suami dan isteri. ( Adab al-Zafaf, hlm. 94 ).

Selain itu, Prof Dr. Wahbah al-Zuhaili juga ada menggariskan beberapa perkara sunah yang boleh dilakukan ketika majlis akad nikah : ( Al-Fiqh al-Islami, jil. 7, hlm. 122 )
  1. Khutbah akad
  2. Para hadirin membaca doa untuk pengantin
  3. Bernikah pada hari Jumaat
  4. Mengkhabarkan atau mengumumkan berita mengenai majlis perkahwinan
  5. Mengadakan kenduri perkahwinan ( walimah )

Oleh Ustaz Badli Shah Alauddin, dalam Solusi isu ke-29, hlm. 76


~  DOA~

Ya Allah Ya Tuhan kami,ampunkanlah dosa kami dan maafkanlah kesilapan kami zahir dan batin . 
Ya Allah ampunkanlah dosa kami, dosa kedua ibu bapa kami, dosa keluarga kami, dosa masyarakat kami dan dosa keseluruhan orang Islam yang telah mati dan yang masih hidup.
Ya Allah Ya Tuhan kami, kami pohonkan apa yang telah dipohonkan oleh Rasulullah s.a.w dan kami meminta perlindungan dari apa yang pernahdiminta perlindungan oleh Rasulullah s.a.w.
Ya Allh Ya Tuhan kami, kami pohonkan syurga tanpa hisab dan berilah kekuatan, taufiq dan hidayah kepada kami supaya kami dapat melakukan sebab-sebab yang membawa kami kearahnya,selamatkan kami Ya Allah dari sebab-sebab yang membawa kami ke neraka.



Ya Allah ya Tuhan kami, Engkau sahaja yang mengetahui kelemahan diri kami zahir dan batin, berilah kekuatan ,taufiq dan hidayah kepada kami supaya kami dapat memperbaiki diri kami, tambahkan ya Allah kepada kami ilmu , iman dan amal; hidupkanlah kami dalam Islam dan matikan kami dalam Islam.
Ya Allah ya Tuhan kami , kami pohonkan kepada Engkau Iman yang sempurna , ilmu yang memberi menafaat ,rezeki yang halal , anak yang soleh , rumahtangga yang bahagia , usia yang berkat , doa yang mustajab , hajat yang tertunai, kesihatan yang berterusan ,hutang yang terbayar , keselamatan di dunia dan di akhirat.



Ya Allah yang tuhan kami , engkau sahajalah yang mengetahui segala yang berlaku di hati kami , hidupkan hati ini dan sampaikanlah hati ini kepada engkau , sembuhkanlah segala penyakit yang berada di hati kami, selamatkan hati kami dari sifat-sifat yang keji dan jauhi kami dari perkara-perkara yang boleh mematikan hati kami...

Ameen...Ya Rabbal 'Alamin...



Wallahu'alam...

Thursday, May 19, 2011

76 karakter Yahudi dalam Al-Quran

Bismilllahirrahmanirrahim....






Siapakah bangsa Yahudi? 



Maksudnya :


Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak sekali-kali akan bersetuju atau suka kepadamu (wahai Muhammad) sehingga engkau menurut ugama mereka (yang telah terpesong itu). Katakanlah (kepada mereka): "Sesungguhnya pertunjuk Allah (Ugama Islam) itulah pertunjuk yang benar". Dan demi sesungguhnya jika engkau menurut kehendak hawa nafsu mereka sesudah datangnya (wahi yang memberi) pengetahuan kepadamu (tentang kebenaran), maka tiadalah engkau akan peroleh dari Allah (sesuatu pun) yang dapat mengawal dan memberi pertolongan kepadamu.







AllahTaala telah menceritakan didalam alquraan tentang kemuliaan dan kehinaan bangsa Yahudi. Didalam alquraan juga allah menceritakan sebanyak 76 karakter yahudi dalam alquraan. Bagaimanakah katrakter mereka?

1. Bangsa yang pertama kali kafir kepada Nabi Muhammad SAW.(Al-Baqarah: 41).

2. Bangsa yang suka memutar balikkan kebenaran (Al-Baqarah: 42).

3. Bangsa yang diperingatkan Allah dengan keingkaran terhadap nikmat Allah (Al-Baqarah: 47-48).

4. Bangsa yang pernah diuji dalam perhambaan raja-raja mesir (Al-Baqarah: 49).

5. Bangsa yang menyembah berhala ditengah bimbingan Nabinya (Al-Baqarah: 51).

6. Bangsa yang diperintahkan untuk membunuh diri masal (Al-Baqarah: 54).

7. Bangsa yang pertama kali mengingkari sifat ghaib dan paham materialisme (Al-Baqarah: 55-56).

8. Bangsa yang suka berbuat aniaya di tengah nikmat Allah (Al-Baqarah: 57).

9. Bangsa yang paling cerewet dengan Nabinya (Al-Baqarah: 61).

10. Bangsa yang cepat melanggar janji Allah (Al-Baqarah: 65).

11. Bangsa yang paling suka mempermainkan perintah Nabi (Al-Baqarah: 67-71).

12. Bangsa yang paling keras menolak kebenaran Illahi (Al-Baqarah: 74).

13. Bangsa yang tidak boleh diharapkan beriman kepada kebenaran para Nabi (Al-Baqarah: 75).

14. Bangsa yang paling suka mengatur tipu daya di tengah masyarakat (Al-Baqarah: 76).

15. Bangsa yang suka memperjual-belikan agama Allah (Al-Baqarah: 79).

16. Bangsa yang beranggapan tidak disentuh api neraka kecuali sebentar (Al-Baqarah: 80-81).

17. Bangsa yang paling sedikit orang-orang baiknya (Al-Baqarah: 83).

18. Bangsa yang paling senang bermusuhan dengan sesamanya (Al-Baqarah: 84-85).

19. Bangsa yang paling sombong dan membanggakan etnisnya (Al-Baqarah: 91).

20. Bangsa yang paling rakus terhadap kesenangan duniawi dan takut mati (Al-Baqarah: 96).

21. Bangsa yang benci kepada malaikat Jibril dan Malaikat yang lain (Al-Baqarah: 97-98).

22. Bangsa yang paling suka mengingkari perjanjian (Al-Baqarah: 100).

23. Bangsa yang paling suka mengikuti khurafat (Al-Baqarah: 102).

24. Bangsa yang paling dengki kepada Nabi Muhammad dan umatnya (Al-Baqarah: 105)

25. Bangsa yang paling keras berupaya mengkafirkan umat Islam (Al-Baqarah: 109-110).

26. Bangsa yang sama sekali tidak mengakui agama Nasrani (Al-Baqarah: 113).

27. Bangsa yang pertama kali menyatakan Allah berputra (Al-Baqarah: 116).

28. Bangsa yang membenci kebebasan beragama (Al-Baqarah: 180).

29. Bangsa yang membenci agama ibrahim (Al-Baqarah: 130-133).

30. Bangsa yang rasialis dan apologetik (Al-Baqarah: 175).

31. Bangsa yang tidak malu bersikap sok tahu (Al-Baqarah: 139-140).

32. Bangsa yang menggangap dirinya paling pandai (Al-Baqarah: 142).

33. Bangsa yang hanya menuruti kemahuan sendiri (Al-Baqarah 145).

34. Bangsa yang paling mengenal ciri Nabi Muhammad tapi mengingkarinya (Al-Baqarah: 146).

35. Bangsa yang dikutuk Allah kerana merahsiakan kebenaran (Al-Baqarah: 159).

36. Bangsa yang paling fanatik terhadap tradisi dan leluhurnya (Al-Baqarah: 170).

37. Bangsa yang dagang dan riba sama saja (Al-Baqarah: 275).

38. Bangsa yang menjadikan agama sebagai Alat dusta (Ali Imran: 23-24).

39. Bangsa yang dilarang bagi kaum muslimin untuk bersetia kawan (Ali Imran: 28).

40.Bangsa yang pertama-tama merancang pembunuhan Nabi Isa as. (Ali Imran: 52-54).

41. Bangsa yang senang membuat siasat keragu-raguan (Ali Imran: 72-73).

42. Bangsa yang suka mengingkari amanah orang (Ali Imran: 75).

43. Bangsa yang suka mengada-ada dalam urusan agama (Ali Imran: 78).

44. Bangsa yang menjadikan agama sebagai alat untuk memperbudak bangsa lain (Ali Imran: 79-80).

45. Bangsa yang ingin membuat agama lain sebagai tandingan agama islam (Ali Imran: 83-85).

46.Bangsa yang kedlolimanya menyulitkan hatinya melihat kebenaran (Ali Imran; 86-87).

47. Bangsa yang suka menghalang orang berjalan kepada kebenaran (Ali Imran: 99).

48. Bangsa yang suka berpecah belah dan merosakkan fahaman agama (Ali Imran: 105).

49. Bangsa yang tidak suka melihat kebaikan ummat islam (Ali Imran: 118-120).

50. Bangsa yang mencela Allah sebagai si Faqir (Ali Imran: 181).

51. Bangsa yang suka membuat saiz kebenaran menurut selera sendiri (Ali Imran: 183).

52. Bangsa yang suka mencari pujian palsu (Ali Imran: 188).

53. Bangsa yang merasa dirinya paling bersih (An-Nisaa: 49).

54. Bangsa yang suka memeras orang lain apabila berkuasa (An-Nisaa: 53).

55. Bangsa yang selalu dengki gengan keberuntungan orang lain (An-Nisaa: 54).

56. Bangsa yang suka membuat kdlaliman dalam undang-undang (An-Nisaa: 60).

57. Bangsa yang berusagha mempengaruhi kearah kerosakan apabila dijadikan teman (An-Nisaa: 89).

58. Bangsa yang suka mempermainkan para Nabi (An-Nisaa: 153).

59. Bangsa yang mengaku membunuh Nabi Isa (An-Nisaa: 157).

60. Bangsa yang diharamkan Allah memakan makanan yang baik (An-Nisaa: 160).

61. Bangsa yang mengaku menjadi anak tuhan dan kekasihnya (Al-Maidah 18).

62. Bangsa yang paling pengecut (Al Maidah: 22).

63. Bangsa yang dibebani hukum berat kerana mental mereka yang bobrok (Al Maidah: 22).

64. Bangsa yang paling cepat bersikap menolak kebenaran dan menyukai kebohongan (Al Maidah: 41).

65. Bangsa yang menyuruh rakyat berkonfrontasi dengan orang-orang yang benar (Al-Maidah: 41).

66. Bangsa yang gemar melakukan usaha-usaha kotor (Al-Maidah: 42).

67. Bangsa yang lebih takut kepada sesama manusia dari pada kepada Allah (Al Maidah: 44).

68. Bangsa yang suka mengejek dan mempermainkan agama islam (Al-Maidah: 58).

69. Bangsa yang mengatakan Allah itu bakhil (Al Maidah: 64).

70. Bangsa yang gemar membangkitkan peperangan (Al Maidah: 64).

71. Bangsa yang suka mendustakan kebenaran yang tidak disukai (Al Maidah: 70).

72. Bangsa yang berani membunuh Nabi-Nabinya (Al Maidah: 71).

73. Bangsa yang dilaknat oleh Nabi-Nabinya (Al Maidah: 78).

74. Bangsa yang ulamanya tidak peduli kemungkaran di tengah masyarakatnya (Al Maidah: 79).

75. Bangsa yang mahu berkerja sama dengan musuh-musuh agama demi menghancurkan Islam (Al-Maidah: 80).

76. Bangsa yang paling keras permusuhannya dengan agama Islam (Al-Maidah: 82).

 sumber : selatanonline

p/s: untuk mengetahui dengan lebih lanjut tentang konspirasi Yahudi, sila baca di link ini 


Peringatan : Berhati-hatilah wahai umat Islam, Allah SWT tidak akan mengubah nasib kaum mereka melainkan mereka yang mengubah nasib mereka sendiri...Perubahan dan tindakan di tangan anda!


Ya Allah! Kau satukan hati-hati umat Islam agar sentiasa tunduk patuh pada ajaranMU dan RasulMU...
Kau berilah hidayah dan rahmat kepada kami agar kami kembali ke agamaMU...Kau jauhkan dan hancurkanlah  anasir-anasir jahat yang cuba menjatuhkan kami menegakkan kalimahMU...Berikan kekuatan kepada umat islam sebagai umat Nabi yang akan menggerakkan jundi-jundi yang akan memerangi golongan yang ingkar pada ajaranMu...Ameen Ya Rabbal Alamin....

Friday, May 6, 2011

Tercipta sebuah ikatan ^_^

Bismillahirrahmanirrahim....




      Alhamdulillah, syukur kepada Allah SWT di atas nikmat iman dan islam kepada kita. Ayuh, lazimi selawat dan salam ke atas baginda Rasulullah SAW, keluarga dan para sahabat baginda SAW di penghulu segala hari ini bahkan setiap hari juga detik! 
Sudah lama penulis tidak meninggalkan jejak di blog ini yang menjadi tempat untuk penulis berkongsi cerita, pengalaman dan sedikit ilmu yang telah dikutip sepanjang diberi kesempatan hidup di dunia sementara ini.
Sedar atau tidak, dunia semakin hari semakin mencapai usia tua, begitu juga diri kita selaku manusia yang pasti akan meningkat usia. Sudah tentu kematian juga menanti kita!
Sudahkah kita bersedia untuk bertemu dengan Rabbul Jalil ? 


Sebuah kehidupan




     Setelah sekian lama meninggalkan zaman kanak-kanak, zaman remaja, kini penulis sudah melangkah ke alam dewasa. Semua orang pasti akan menghadapinya, tidak terkecuali semuanya dengan izin dan aturan Allah SWT.   Jika diimbas kembali zaman masa kecil-kecil dahulu, rasa seperti mahu kembali ke alam itu, kerana ketika itu hidup penulis begitu indah dan seronok. Mana tidaknya zaman kanak-kanak kan zaman untuk bersuka ria, bermain-main bersama kawan, dan semua yang kita inginkan pasti akan tertunai (walaupun kadang-kadang tidak tertunai ). Cikgu penulis juga pernah mengatakan bahawa zaman persekolahan adalah zaman yang paling indah. Ada benarnya juga kerana di situlah kita menuntut ilmu dan beraktiviti bersama kawan-kawan dan cikgu dari umur 7 tahun hinggalah umur 17 tahun. Hampir 10 tahun kita berada di sekolah bagi sesiapa yang bersekolah secara formal seperti penulis. 

Itulah proses pendidikan manusia yang dicipta oleh konspirasi-konspirasi tertentu. Apakan daya bagi penulis untuk mengubahnya pada zaman itu.  

Kehidupan yang indah pasti menjadi impian setiap dari kita begitulah juga penulis. Ada masa kita berasa seronok dan berpuas hati dengan kehidupan yang kita miliki sekarang. Ditambah dengan mendapat pekerjaan yang baik dan dikelilingi pula oleh teman-teman yang sangat memahami dan membantu. Tetapi sejauh mana dan setakat mana kita boleh bersama sahabat-sahabat kita?

Saat tiba masanya, pasti kita akan ditinggalkan oleh seorang demi seorang kawan kita setelah mereka menamatkan zaman bujang. Itu tidak bermakna ditinggalkan selamanya , cuma dari peringkat untuk tinggal bersama sudah tidak boleh. 

Ya, kita merancang, DIA juga merancang dan DIA juga adalah sebaik-baik perancang. Penulis merasakan begitu cepatnya perancangan DIA dalam menentukan layar bahtera kehidupan seorang hamba yang kerdil ini. Mungkin sudah sampai masa atau 'seru' agaknya untuk penulis menamatkan zaman bujang. Sudah pasti ujian dan amanah akan bertambah setelah bergelar isteri atau 'zaujah' kelak. Ya Allah! jika benar dia adalah yang terbaik buatku, maka Kau mudahkanlah urusan kami, Kau berkatilah kami dan Kau tanamkan lah cintaku padanya hanya keranaMU begitu juga dirinya, Jangan biarkan cintaku padaMu kurang walaupun diri ini akan menjadi bakal 'zaujah' kepada seorang 'zauj'. Ameen...Itulah yang telah tercatat di Luh Mahdfuz!

Alhamdulillah, umpama tidak percaya kerana semuanya sudah selesai dengan izinNYA, diri ini telah selamat diikatkan dengan satu ikatan hati kerana Allah SWT. Mudah-mudahan ia menjadi titik permulaan yang baik untuk penulis meneruskan bahtera yang lebih mencabar pada masa akan datang.

Sepanjang proses ikatan ini, sudah pasti bermacam rasa yang bermain di fikiran penulis. SubhanaAllah! begitulah ujian kerana si syaitan tidak akan terus berhenti untuk merosakkan umat Nabi Muhammad SAW.  Hasil nasihat, tunjuk ajar dan doa orang tersayang di sekeliling penulis telah membuahkan satu kekuatan dalam diri untuk redha dengan setiap ketentuanNYA.  Tempoh pertunangan ini sebenarnya adalah tempoh ujian sebelum seseorang wanita atau lelaki itu akan menikah. Apa yang penting adalah kebergantungan kita kepada Allah SWT agar tidak merasakan sesuatu yang kurang pada diri atau bakal pasangan. Teruskan menggali ilmu, mencari keserasian dan memperbanyakkan solat agar mudah-mudahan pernikahan yang bakal dihadapi kelak akan mendapat barakah dan keredhaan Ilahi. 

InshaAllah, inilah syurga dunia yang diidamkan oleh setiap pasangan yang akan berkahwin. Doaku untuk menjadi anak yang solehah ^_^ dan selepas ini InshaAllah ingin menjadi isteri yang solehah! the best wife ! adakah seperti Siti Khadijah? atau Aishah? 
InshaAllah, berusahalah untuk memberi yang terbaik mengikut sunnah baginda SAW, pasti bahagia hingga ke syurga!

Seterusnya, terus melangkah dan bergerak dalam misi perjuangan Islam yang tercinta tidak akan terhenti! InshaAllah...

Mudah-mudahan Allah SWT meredhai semuanya...AMEEN....